Oleh: Hafsah
(Pemerhati Masalah Umat)
Apa kabar wahai generasi muda, apakah keadaan baik-baik saja?
Harapan masa depan bangsa ada ditangan para pemuda, meski kenyataan membuktikan bahwa kawula muda sarat dengan polemik kehidupan. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) merasa perlu membekali generasi muda dengan keterampilan yang berdaya guna bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satu langkah nyata adalah melalui seminar “Bela Negara dan Public Speaking” yang digagas oleh Generasi Muda Merah Putih Kabupaten Kutim, bekerja sama dengan Pemkab Kutim. Seminar yang menyasar siswa SMA dan mahasiswa se-Kutim ini berlangsung di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutim, pada Selasa (27/8/2024) pagi dan dihadiri oleh sekitar 150 peserta.
Dandim Ginanjar juga menambahkan bahwa ada lima nilai utama dalam bela negara. Yakni cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan bahwa Pancasila adalah ideologi negara, kesediaan untuk berkorban demi bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal bela negara. https://pro.kutaitimurkab.go.id/2024/08/27/150-generasi-muda-kutim-didorong-kuasai-bela-negara-dan-public-speaking
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Membekali generasi seperti yang diharapkan tersebut tidaklah salah. Sudah seharusnya pemuda membekali diri agar mempunyai kemampuan untuk lebih berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Akan kemana perjuangan mereka nantinya sebagai generasi penerus bangsa ditentukan oleh sikap mereka saat ini. Menanamkan jiwa patriotisme dengan bela negara mencerminkan sikap cinta tanah air adalah sikap mulia. Namun, langkah tersebut harus sejalan dengan konsep yang benar, bukan sekedar semangat yang menyala jika ada momentum.
Banyak faktor yang membuat sikap apatis para kawula muda, diantaranya adalah didikan dalam keluarga yang tidak dibina dengan ajaran akidah yang kuat. Kadang orang tua hanya memberi motivasi namun minim contoh dan tauladan.
Faktor lingkungan juga tidak mendukung karena sikap masyarakat yang individualis. Rasa empati mulai terkikis karena konsep dalam bermasyarakat yang tidak berpegang pada ajaran agama. Lebih parah lagi adalah faktor sistem bernegara tidak mensupport karakter para remaja yang haus mengejar jati diri. Lahirlah insan-insan yang good looking namun lemah mental dan adab bahkan minim iman.
Melihat rapuhnya kondisi pemuda saat ini tidak lepas dari paham liberalisme dan sekularisme yang mengakar di negeri ini. Mengarahkan mereka untuk menjadi patriot sejati hanya sekedar semangat tanpa landasan.
Generasi yang diharapkan tentu bukan lahir dari konsep yang instan atau sekedar ikut-ikutan.
Liberalisasi dalam pergaulan membuat para kawula muda terlena dengan gaya hidup bebas. Sikap hedonis membuat mereka rentan menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Silau akan keindahan dunia, tawuran, narkoba dan pergaulan seks bebas mewarnai kehidupan mereka.
Sekedar ajakan untuk membela negara dan cinta tanah air hanya menjadi ajang eksistensi diri dan tidak bermakna bila sikap patriotisme ditanamkan hanya untuk membela negara semata. Idealnya, pemuda harus dipahamkan bahwa ada sesuatu yang perlu dibela mati-matian, yaitu membela agama sebagai pijakan utama. Agama sepatutnya menjadi landasan, agar tidak perjuangan jelas dan terarah tanpa sekat teritorial seperti saudara kita di Palestina, kita bela karena persaudaraan sesama muslim, bukan karena sebangsa.
Seorang muslim tidak mempunyai negara kecuali bagian bumi di mana syariat Tuhan ditegakkan dan hubungan manusia didasarkan pada landasan hubungan dengan Tuhan. Seorang muslim tidak mempunyai kewarganegaraan kecuali keyakinannya, yang menjadikannya anggota komunitas muslim dalam Darul Islam.
Islam hanya mengajarkan kepada para pemuda hanya senantiasa taat kepada Allah dan RasulNya yang memberi jalan kebenaran. Maka sudah sepatutnya kita sebagai hamba mempersembahkan tenaga dan fikiran untuk agama Allah. Adapun membela negara hanyalah aplikasi dari sebagian keimanan akan cinta tanah air, bukan menjadi tujuan hidup.
Tengoklah dalam sejarah kegemilangan Islam bagaimana para pemuda digembleng dengan akidah yang kuat sebelum terjun ke tengah-tengah masyarakat. Sejarah mencatat bagaimana kisah seorang pemimpin yang lahir dari didikan Islam, salah satunya adalah Muhammad Al Fatih. Diusia masih muda mampu mencatat kegemilangan dengan membebaskan kota Konstantinopel.
Muhammad Al-Fatih mulai menghafal Al-Qur’an dan mempelajari etika belajar pada usia 8 tahun.
Usaha penaklukan Konstantinopel pertama dilancarkan pada tahun 44 H di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Kemudian pada zaman khalifah Ummayah, Abbasiyah, zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid pada tahun 190 H, akan tetapi semua mengalami kegagalan.
Akhirnya kota Konstantinopel berhasil jatuh di tangan umat Islam pada 29 Mei 1453 M.
Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel pada usia 21 tahun, dan sekaligus mengakhiri riwayat Kekaisaran Bizantium.
Seorang Al Fatih tidak serta merta menjadi pionir tanpa gemblengan yang kuat. Semua berasal dari didikan dan sikap orang tua yang menanamkan akidah sedini mungkin. Jika anak-anak seusianya saat itu hanya bisa bermain, bagi seorang Al Fatih adalah waktu untuk belajar. Bisyarah Rasulullah tentang pembebasan kota konstantinopel menjadi cambuk dalam mengemban misi tersebut.
Maka untuk mendidik dan membina pemuda harusnya dengan landasan yang benar yang berasal dari Allah SWT dan Rasulullah Saw. Semua harus dipersiapkan sedini mungkin, mulai dari membekali anak tentang asal muasal penciptaannya, tujuan hidupnya di dunia dan akan kemana ia akan kembali.
Pendidikan dasar akidah dari keluarga sangat penting untuk bekal kehidupan agar mempunyai mental yang kuat. Disokong dengan lingkungan yang Islami untuk mengontrol dengan siapa anak kita bergaul agar saling mengingatkan.
Dan yang terpenting adalah support sistem dari negara yang menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam hidup, terutama penjagaan akidah. Pada akhirnya anak dan generasi yang kuat akan lahir untuk menjadi pembela agama dan negara tanpa memandang mereka dari bangsa mana.
Wallahu a’lam bisshowab